Gas CO, Nox, HC dan CO2 dari corong gas buang (knalpot) selama ini diyakini sebagai pembawa dampak buruk bagi kesehatan. Misalnya, menurunnya daya tahan tubuh, bertambahnya penyakit menular, meningkatnya penyakit mata seperti katarak dan kebutaan, serta kanker kulit. Akibat lain dari gas tersebut, terutama CO, dapat menyebabkan kematian.
Emisi gas buang mobil bensin, CO, merupakan gas yang sangat membahayakan kesehatan manusia. Tak jarang karena kurang hati-hati bisa berakibat fatal. Bisa merenggut jiwa anggota keluarga. Beberapa kasus kematian akibat gas CO telah sering diberitakan. Anda mungkin masih ingat cerita tentang dua insan yang tewas di dalam mobil ber-AC dengan mesin yang tetap hidup.
Ada juga contoh kasus lain. Karena hujan, semua jendela mobil ditutup dan untuk menghindari pengabutan di kaca, maka si sopir menghidupkan AC. Ia tak sadar bahwa knalpotnya bocor. Mobil yang knalpotnya bocor itu, ketika berhenti semua penumpangnya lemas dan muntah-muntah.
CO adalah gas yang tidak ada tanda atau aroma yang spesifik. Lewat pernafasan, CO mengikat hemoglobin 210 kali lebih kuat dibandingkan dengan O2 (udara) yang kita hirup. Penelitian menyebutkan, CO dengan konsentrasi 250 ppm akan membuat seseorang pingsan, dan pada konsentrasi 1.000 ppm mampu membuat orang mati seketika.
Mobil tanpa bonet (hidung), yang mesinnya di bawah jok, rentan akan masuknya asap ke kabin, sehingga gas beracun leluasa masuk ke ruang penumpang. Ketika hujan, usahakan sesekali membuka jendela agar udara luar bisa masuk. Jangan menghidupkan mobil ketika pintu garasi tertutup. Terakhir, perhatikan ujung knalpot lebih panjang dari badan mobil, karena itu lebih aman bagi semua penumpang.
Secara umum, ada beberapa hal dalam rangka menghindari bahaya CO. Diantaranya, teknologi Electronic Fuel Injection (EFI) sebagai pengganti karburator dan katalitic konverter yang dipasangkan pada knalpot bisa mengurangi gas beracun yang dibuang Mobil. Dalam satu tes emisi gas buang, mobil berkarburator emisi CO terendah sekitar 2.5% per volume. Sedangkan mobil berteknologi EFI, hanya 0,25% per volume.
Tes kompresi mobil Anda. Jika tekanan kompresi mobil bensin di bawah 9 kg/cm2, dan diesel di bawah 20 kg/cm2, sudah saatnya mesin di overhoul atau turun mesin. Kemudian, saringan udara harus sering dibersihkan setiap 20.000 km. Karena saringan udara yang permukaannya sudah tersumbat debu akan mengakibatkan campuran bensin terlalu banyak, sehingga tidak sebanding dengan udara.
Gas beracun dari knalpot bisa juga dinetralisir dengan katalitic konverter yang dipasangkan pada pipa knalpot.Tapi mobil berkatalitik harus pakai bensin super TT. Selanjutnya, mesin yang telah selesai di tune up tidak lantas CO, Nox, dan HC-nya menjadi rendah, tapi Anda masih harus menyetel sekrup idle di karburator.
Kendati demikian, rendahnya kadar gas beracun tersebut baru bisa dipastikan setelah dicek dengan Gas Analyser.