Sudah usaha lebih bikin motor berlari kencang, eh tapi hasilnya bisa jadi tidak maksimal. Itu kalau part pendukungnya tidak menjalankan fungsi sebaik mungkin. Ya, misalnya knalpot.
Sobat yang sudah lakukan bore up demi kejar akselerasi juga kecepatan, macam terbelenggu jika akhirnya harus aplikasi saluran buang standar. Maklum aja, apa yang dihasilkan mesin, jadi tidak terbuang sempurna. Artinya, peran knalpot racing juga turut mendukung performa pacuan.
Tanpa bicara merek, yuk coba buktikan! Karena untuk engine yang sudah alami kenaikan spek dari standarnya, maka dipilih dua knalpot beda spek. Yaitu, model standar yang sudah dibobok dan knalpot yang punya spek racing murni.
Komparasi dilakukan pakai Yamaha Nouvo Z yang alami bore up hingga 192,5 cc. Piston, aplikasi diameter 65 mm. Lalu, klep aplikasi yang diameter payung-nya 31 mm (in) dan 25,5 mm (ex). Penyuplai bahan bakar juga udara alias karburator, aplikasi Keihin PE 28. Main-jet diseting di 130, pilot-jet 42,5. Kem aplikasi merek Kawahara tipe K-2.
Nggak ketinggalan, puli pakai tipe big pulley dengan berat roller 9 gram. Peran rasio juga sudah diganti dengan aftermarket. Dari standarnya yang punya kombinasi 12/43 (3,58), Nouvo Z ini aplikasi gir 15/40 (2,66). Itu artinya, perbandingan rasio lebih berat dari standar.5049knalpot-dvd-2.jpg
Maklum, oleh sang empunya, Nouvo Z ini dipakai untuk trek lurus nan panjang. Begitunya enggak apalah. Toh, ketika tes, tak ada penggantian part selain knalpot. Lanjut! Pengetesan dilakukan dengan tiga tipe pengukuran dengan bantuan alat ukur Vericom VC-3000. Pertama, tes di jarak 0–100 meter.
Lalu, diikuti dengan tes di jarak 0 -201 meter. Ini, bisa melihat akselerasi di kecepatan menengah ke atas. Terakhir, untuk mengetahui torsi dan akselerasi di putaran tengah, dilakukan tes kecepatan 60– 80 km/jam.
Uji pertama, knalpot bobok. Jarak 0 – 100 meter, didapat 7,38 detik di kecepatan 81,3 km/jam. Kemudian, uji di jarak 0 –201 meter. Kali ini, Vericom mencatat waktu 12,20 detik di kecepatan 99.1 km/jam. Terakhir, angka 3,16 detik berhasil digapai saat berlari dari 60 km/jam ke 80 km/jam. Jarak tempuh, 62,5 meter.
Mari kita lihat perbedaan dengan knalpot racing. Untuk jarak 0 – 100 meter, waktu terbaik yang dicatat adalah 7,17 detik di kecepatan 84,2 km/jam. Itu artinya ada perbedaan kecepatan 2,9 km/jam. Sedang selisih waktunya, 0,21 detik.
Di jarak 0–201 meter, terjadi selisih waktu yang signifikan. Pakai knalpot racing, waktu berhasil dipangkas 1,07 detik meski kecepatan yang ditempuh berkurang 0,6 km/jam. Fantastis!
Hal sama juga berlaku di kecepatan 60 – 80 km/jam. Dengan jarak yang lebih dulu 9,5 meter, Nouvo Z berhasil tembus 2,70 detik. Wah, itu artinya jika start bareng, Nouvo Z knalpot racing berada 9,5 meter di depan knalpot bobokan.
Tuh kan, peran knalpot ikut dukung akselerasi! Tapi kenapa bisa begitu ya? “Sebagusnya bobokan, tetap saja tidak akan melebihi performa knalpot racing. Sebab knalpot yang diperuntukan untuk racing, sudah didesain sesuai kebutuhan mesin. Seperti volume silincer, sudah alami perhitungan,” ujar Sjafri Gannie produsen knalpot R9 di Indonesia.
Masih menurutnya, apalagi untuk knalpot tipe bobok yang hanya mengambil sekat. Volume yang ada di silencer bisa jadi tidak sesuai. “Kecuali jika knalpot itu bermodel racing yang dibungkus dengan tampilan standar. Jadi, tidak mengubah volume tabung knalpot,” tambahnya.
Apalagi kalau volume silencer terlalu besar dari kebutuhan. Pastinya, gas buang akan memenuhi ruang-ruang yang ada sebelum keluar dari knalpot atau berfungsi untuk tendangan balik ke ruang bakar. Terjawab sudah kan?